This gallery contains 2 photos.
Membuat Mandala dari Tissu dan Spidol
Ini nyontek dari ibu gurunya anakku. Kata beliau, ini bikin motif batik. Tapi kalau aku bilangnya bikin mandala. Mandala di ambil dari bahasa sansekerta yang berarti lingkaran, dan melambangkan jagat raya, kata wiki. Terlepas dari makna agamis, motif-motif mandala sekarang ini banyak digunakan sebagai atribut seni karena motif-motifnya yang menarik dan indah.
Langkah pertama, ambil selembar tissue segi empat lalu lipat 2x. Kemudian langsung ditotol-totolkan spidol warna-warni sampai memenuhi tissu. Baru kemudian, dibuka lipatannya. Anak-anak senang banget bikin ginian .. emaknya juga :D.
Trip ke Pantai Sawarna, Banten
Mungkin sudah banyak yang tahu pantai Sawarna, meski letaknya sedikit ‘nyempil’ dari peradaban, namun pengunjungnya selalu padat di akhir pekan. Termasuk salah satu pantai yang menghias selatan pulau Jawa dan masuk pemerintahan Banten, pantai ini kayaknya cukup banyak dikenal manusia. Perjalanan menuju ke pantai ini cuma 1.5 jam dari Pelabuhan Ratu, tapi 5 jam ke arah Serang. Kami pilih jalur ke Pelabuhan Ratu dulu lewat Sukabumi untuk ke sana, karena jarak tempuhnya lebih dekat, dibandingkan dengan jalur Jakarta – Serang.
Liburan kali ini kami memutuskan untuk melakukan trip ke Sawarna. Konvoi 6 kendaraan dari Cileungsi, kami berangkat dari jam 11 malam. Memilih malam hari untuk menghindari kemacetan dan padatnya lalu lalang kendaraan, dan memang jalanan terasa sepi banget. Para biker yang biasa touring menggunakan roda dua pun lebih memilih meminggirkan kendaraannya dan menikmati istirahat malam yang tenang di beberapa warung pinggir jalan. Jalanan terasa lebih senyap tanpa mereka. Wajar aja karena dilihat dari jalur yang kami lewati kayaknya bahaya banget kalo mata sopirnya ga on 75 watt secara kanan kiri lembah dan jurang, plus ga ada lampu penerangan, riskan buat pengendara yang nekat jalan. Kami pun sempat beberapa kali berhenti sejenak supaya sopir2 bisa memejamkan mata barang sedetik.
Alhamdulillaah sekitar waktu shubuh kami tiba di Pelabuhan Ratu dan melaksanakan sholat shubuh di masjid setempat. Setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Pantai Sawarna. Sebelum tiba di tkp, karena kebetulan sudah masuk jam sarapan pagi, kami mampir di sebuah rest area yang pemandangannya masyaaAllaah keren banget, terlihat lautan yang dikelilingi gunung tinggi, dan suasana yang sejuk meski ga sedingin puncak pas. Menyambut matahari pagi ditemani obrolan teman-teman seperjalanan dan segelas teh manis hangat merupakan sebuah nikmat yang luar biasa. Sungguh Allah Ta’ala telah menciptakan dunia ini begitu indah untuk manusia.
Sejam kemudian kami tiba di Pantai Sawarna. Karena sepertinya habis diguyur hujan, jalanan sedikit becek dan tidak nyaman. Dan kebetulan jembatan penghubung kampung juga sedang diperbaiki, jadilah kami harus menyeberang sungai menggunakan getek yang dioperasikan oleh warga sekitar.
Warga sini luar biasa ramahnya. Tak segan-segan berinteraksi dengan para wisatawan dan mengenalkan keindahan tempat parisiwisata daerahnya. Tampak dari raut-raut wajah mereka kegembiraan karena tempat mereka dijadikan obyek wisata dan banyak dikunjungi wisatawan. Sempat mengobrol dengan mereka dan berbagi kisah, mereka bersyukur dengan adanya pantai sawarna membuat pendapatan mereka bertambah dan persaudaraan mereka antar 2 kampung semakin erat. Apalagi banyak wisatawan yang homestay di sebagian rumah mereka.
Obyek wisata di sini ada 7 destinasi. Bisa ditempuh seharian dengan menyewa ojek 100ribu per hari dan puas keliling sesuka hati. Yang paling terkenal adalah Pantai Sawarna, yang memiliki 2 buah karang tinggi sebagai ikonnya, pas banget dikunjungi sore hari bagi yang ingin melihat keindahan sunset. Kemudian air terjun Legon Pari yaitu air terjun yang terbentuk dari pemecah ombak alami, kata penduduk sini, cocoknya dikunjungi pagi hari setelah sholat subuh karena sunrisenya yang indah. Sebenarnya bukan air terjun seperti yang biasa kita temukan di gunung-gunung, tapi karena karang yang tinggi menyebabkan air hempasan ombak tinggi mengalir dari sela-sela karang membuatnya seperti air terjun.
Kami homestay di sebuah rumah warga. Kebetulan di rumah ini kami diperbolehkan menggunakan semua fasilitas rumah khususnya yang ada di dapur. Akhirnya, kami pun masak :D. Dan yang menarik di sini adalah, harga sayur mayur dan bahan pokok relatif murah, ga jauh beda dengan harga di Bekasi. At least sepertinya penduduk sini terbiasa hidup dengan cara jujur. Good.
Yang menarik di Daerah ini, kami sering menemui suku Badui luar wara-wiri menawarkan dagangannya, berupa anyaman tas, madu hutan, gantungan kunci, hasil karya tangan mereka. Meskipun rada expensive untuk harga sebuah gantungan kunci 15rb dan tas anyaman kecil 30rb >_<.
Yang membuat kurang nyaman adalah derungan motor yang tiap detik lewat jalur homestay. Bahkan motor dengan leluasa bolak balik sampai ke pinggir pantai, membuat para pedestrian harus rela tiap detik menepi berdesakan dengan semak belukar supaya mereka bisa lewat. At least, setidaknya kami berharap di sekitar Sawarna ada penitipan khusus motor sehingga motor tidak perlu masuk ke area wisata dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi para pengunjung lain. Kalau bisa jangkauan motor pengunjung jangan sampai melebih sungai. Hectic banget dan beneran mengganggu. Dan penempatan homestay dan kios dagangan mudah-mudahan bisa terkoordinasi dengan baik dan rapi sehingga tidak terkesan acak-acakan. Dan pertahankan lahan pertanian di sekitar pantai Sawarna karena menjadi poin plus yang menambah keindahan alam Sawarna.
Kalo lagi bicara Sawarna, jadi pengen balik ke sana lagi… ❤ ❤ I Love Indonesia.
Kolase Manik-manik
Pekan ini, kelas 4 akan membuat kolase. Berhubung materi SBK berkenaan dengan pengenalan Budaya Daerah, maka kali ini kita akan membuat kolase manik-manik dengan tema Motif Kalimantan.
Motif ini biasa ditemukan pada busana khas Suku Dayak, Kalimantan. Namun, biasanya bahan dasarnya berwarna hitam. Untuk kali ini, kita akan mengambil kertas gambar biasa sebagai warna latarnya.
Cap Pelepah Pisang
Siapa yang tahu pelepah pisang? Yaps, batang pisang kecil yang jadi penopang daun. Biasanya pelepah ini digunakan anak-anak untuk bikin kuda-kudaan.
Nah, kali ini kita akan menggunakan pelepah pisang sebagai cap untuk membentuk gambar. Yang kita butuhkan adalah pewarna makanan, mangkuk dan pelepah pisang.
Potong pelepah pisang menggunakan cutter atau pisau tajam. Lalu tempelkan ujung pelepah yang berongga pada pewarna makanan, kemudian tempelkan pada kertas bekas untuk menghilangkan sebagian tinta yang tak perlu. Setelah cetakan rongga-rongga sudah mulai terlihat, baru kemudian diaplikasikan pada kertas gambar.
City Scape Reflection
Nama kerennya siy City Scape Reflection, tapi pas di tanya ke anak-anak, apa sebenarnya arti refleksi, kompak mereka jawab “PIJAT”… >_<
Refleksi adalah pantulan cahaya, diibaratkan ketika kita melihat sebuah benda di atas air, maka air akan memantulkan gambar benda tersebut karena adanya cahaya.
Gambar asalnya kita gunakan kertas origami untuk membentuk benda, berupa bangunan-bangunan dan atributnya. Lalu, hasil pantulannya akan kita gambar menggunakan media krayon.
Ikan
Hari ini kita akan membuat ikan dengan kertas origami, tapi tidak dengan metode lipatan, melainkan pengguntingan. Anak-anak akan membuat sebuah gambar ikan yang lumayan besar. Kemudian, mereka akan mencetak bulat-bulat kecil dengan menggunakan koin 500 rupiah dan mengguntingnya. Kemudian menempel bulatan tersebut di gambar ikan menyerupai sisik.
Jadilah sebuah gambar ikan yang menarik dan cantik.. ^^
Diorama Makhluk Hidup dan Lingkungannya
Berikut proyek kelas 5 lagi, membuat diorama. Karena materi SBK kelas 5 banyak bersinggungan dengan lingkungan sekitar, kehidupan manusia, kehidupan binatang beserta habitatnya. Maka kali ini kita akan membuat diorama Manusia dan lingkungan.
Proyek ini sedikit rumit, maka siswa dibentuk per kelompok. 1 Kelompok terdiri dari 3 orang. Masing-masing kelompok diberi kebebasan memilih tema. Baik tentang kehidupan ikan, kehidupan manusia, dll.
Nah, ini contoh hasil karya mereka.
Mengenal Tari Merak
Mungkin banyak anak sekarang belum tahu atau belum pernah melihat pertunjukan Tari Merak. Dulu awal saya mengenal tari ini pun waktu saya masih duduk di Sekolah Dasar, itu pun dari Acara Pagelaran Daerah di TVRI. Meski waktu itu TV kami masih hitam-putih, tapi keindahan busana dan keanggunan gerak penari mampu menyedot perhatian saya. Baru kemarin saya tahu ketika googling, bahwa Tari Merak berasal dari 2 daerah, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Meski desain busananya sama, namun musik pengiring dan gerakannya relatif beda. Tari Merak ini sepertinya sangat digandrungi di Manca Negara karena terbukti sering dijadikan ikon di kedubes Indonesia di Negara Asing.
Berikut, anak-anak kelas 5 akan membuat motif (patterning) Faceless Peacock Dance Outfits.
Sunatan ala Betawi
Aku, asli betawi. Maksudku bapak dan ibuku memang asli betawi. Tapi karena kami betawi ‘pinggiran’, ga semua kebudayaan Betawi kami sadur dalam kehidupan sehari-hari. Makanya kadang-kadang, ada beberapa seremonial ala betawi kota (semisal Rawa Belong atau Kemayoran) tidak ditemukan di wilayah kami.
Dengan keterbatasan itu kadang2 masih bikin aku amazed tiap kali melihat pertunjukan beberapa budaya betawi kota, alias masih norak gitu :0. Contohnya aja Tari Topeng, dari kecil ga pernah ngeliat ada aktivitas latihan Tari Topeng di daerahku sebagai simbol kelestarian budaya Betawi, kalo dangdutan mah banyak :3, makanya sampe sekarang mukaku terasa muda terus (muda = muka dangdut :p) bukan mupeng (muka topeng). Pembaca di larang jeles dengan statemenku :D. Dan rasa amazed-ku (dibaca : norak), masih lekat banget sampe sekarang >_<, ditambah dapet soulmate-nya asli jawa meski lahir dan besar di Jakarta, makin jauhlah diriku dari budaya betawi. Etapiiiii… Yang masih aku jaga dan lestarikan dalam hatiku adalah, jerengjrengjrenggg … SEMUR JENGKOL, wkwk… tapi sejak 13 tahun lalu, budaya yang satu ini pun mulai pupus seiring prinsip hidup ku ini bersebrangan dengan suamiku yang sangat antipati terhadap jengkol. Gilingan, masa makan jengkol aja mesti maen backstreet2an sama suami sendiri *gigit kulit jengkol bewe* :v .. tapi gimana juga aku ga nekat selingkuh sama si jengkol kalo udah dikasih ultimatum sama beliau kalo mau lovey dovey sama jengkol ga boleh di dalam rumah, ya sudah aku selingkuh saja di warteg sebelah -_-. Beliau niy ga ngerti nikmatnya ngemil kepingan jengkol sambil maen komputer :v .. aaahh, delicious.
Trus kenapa juga tu jengkol jadi hot thread di blog akuuuuu… (aarrgghhh). Maksudku sebenarnya adalah tadinya aku pengen cerita, berbeda dengan aku, adekku menikah dengan gadis asli betawi juga, jadi kalo mau bikin acara gampang banget kompakannya.
Kayak tadi pagi, anaknya sunatan, komplit deh mereka sepakat untuk mengusung budaya betawi untuk memeriahkan pesta khitanan anaknya. Yaeyyalaaah, masa babehnye betawi emaknya betawi, anaknya sunatan nanggapnya reog 😀 wkwk.. kalo aku kan beda, anakku 2-2nya sunatan, nanggapnya cuman ‘Buka Bersama’ itupun cuma sama keluarga, tetangga ga diundang :p. Eh, itu mah faktor ekonomi denk, bukan budaya.. hehe.. bukan juga masalah kompak ga kompak :p.
Dan parahnya, aku norak banget pas ngeliat iring2an ponakanku yang di arak, apalagi ngeliat ondel-ondel nari, serasa lagi ngeliat menara eiffel :p. Pengen banget foto di sebelahnya. Halah.
Tuh kan bener ketula, pas lagi ngebet pengen foto bareng ponakan yang pake baju ala betawi lagi nangkring di atas kuda. Karena saking semangatnya ngedeketin kudanya pengen foto-foto, eh tu kuda jadi esmosi, trus dia nendang aku deh. Etdah, jadi kuda koq sensi amat :p aku kan bukan bola meski bulatnya sama >_<.
Tapi memang budaya-budaya gini exciting banget buat ditonton, meski ga ngerti arti dibalik seremonial tersebut. Aku sendiri ga ngerti arti di balik dance party-nya ondel-ondel selain cuma buat bikin sumringah pesta. Keep on ondel-ondel! Ga ada lo ga rame :D. Keep on juga tukang yang bawa ondel-ondel, yang pasti ga ada lo PASTI tu ondel-ondel juga ga bisa rame :D.
ini nih, ondel-ondel lagi street dance 😀
Ini nih pelaminan ondel-ondel…
Ini foto keponakanku yang ganteng lagi diarak keliling kampung 😀
Dalam acara khas betawi, biasanya tamu akan di sambut umbul-umbul betawi, sepertinya umbul-umbul betawi ini melambangkan bunga kelapa, tapi aku ga tau juga maksudnya apa. Kalau yang punya hajatan rajin, ujung umbul-umbul di ikatkan permen atau uang, nanti kalau acara selesai, anak-anak kecil akan rebutan mengambil umbul-umbul tersebut.